: d.a.r

sesendok saja, aku ingin menyuapimu
ingin melihat peram matamu. melihat
bagaimana parfait lumer dan pernik
cokelat terjepit di merah bibir cerimu
pada pucuk muffin yang kusentil dan
terbang hinggap di jendela
seperti kakatua yang begitu setia
pada nenek bergigi dua
seperti segala rasa yang bersepakat
sewaktu-waktu bermelankolia

sesendok saja, aku ingin bicara
sebab kau tahu aku punya kata-kata
biasa mengendap di hatiku yang
seperti mangkuk kolak pisang
di segenang keruh menyembul
potongan kebodohan yang betapa
nikmatnya

sesendok saja,aku ingin tahu rasanya
membencimu. telah kutaburi garam pada
pantulan wajahmu di genangan susu
tiba-tiba berubah menjadi semangkuk sop
menggoda aku menyeruput sayupmu
lagi

sesendok saja, biarkan senyummu ada
agar tetap kurasa lapar di dada



--
Malang, 27082010
Andi M E Wirambara