hanya bingkai kuda nil berisi fotomu yang

terpajang rapi, seperti deret gigi di balik

tikungan senyum bibirmu itu. di samping

kasur tanpa kaki ranjang yang meniang

sebab aku takut kolong ranjang. katanya

tempat setan bersembunyi dan serangga

membangun bahtera rumah tangga


di sebelah bingkai fotomu, tegak sekaleng

susu sapi yang sudah kosong. dan kujadikan

celengan, menabung keping demi keping

kenang yang senang menggerincing sendiri

tiap menatap senyummu sesekali


parfum, gel, dan sisir. berserak di kaki bingkai

fotomu yang mendadak menatapku penuh sindir

seolah menyuruhku bercermin "cermin.. cermin..

apakah aku lelaki tertampan?" lalu

cermin itu pecah, menyisa bentuk macam nisan

di pemakaman. melengkung seukir nama; rindu


senyummu susut pada sisa ringsut yang berleha

di atas selimut, adu sikut dengan seprei yang kusut

di kamarku yang berantakan. kertas, debu, dan bungkus

mi jadi saksi. betapa akanmu, rindu takkan pernah

kumengerti seperti


kamarku ini


--

Malang 26082010

Andi M E Wirambara