/1/
bagaimana lelaku angin menyisir lamunku
tentang sayupmu di dahan pohon yang tenang
tentang gores angin laut yang lalu
mengukir namamu pada karang-karang

kukatakan memang, selalu ada yang kulaku seraya
menyeruput dingin yang menaiki bulu mata. menjungkat-jungkit
daripadanya, jatuh ke muka pipi yang kaku, dan merayap
naik menyelinap ke bola mata. yang juga menggigil
melompat mencari selimut, di balik kenang yang mengunggun
kala tiba aku bertamu pada malam
yang santun menuang bayang-bayang

/2/
pun malam ini tak jauh berbeda seperti
malam yang biasa kau dan aku ajak bermain kata
lalu kau tersenyum menahan nafas, saat di sela malam
itu kukalung cincin saturnus yang hanya pernah kau
lihat dari teleskop galilea

akupun tersenyum, menanti lagi malam dimana
bisa kuberi kau sesuatu. yang tak mudah kau lupa
tempat menaruhnya. seperti yang lalu-lalu

/3/
setelah malam ini, aku senantiasa untuk tetap
memunguti bayangmu yang telah pecah
tiada lagi ada lamunan, tiada lagi cerita tentang
bulan yang menyapa lalu hilang. atau tak lagi puisi
kupagut di langit yang tengah sepi

hingga utuh bayangmu, hingga kembali
siluetmu, tersenyum pada genangan rindu kau
dan aku yang tak lagi saling memantul

malam-malam yang mampu menata kata

----
Malang 29072010
Andi M E Wirambara