di sebelah rumahmu, denyut keriangan tumbuh
rumput-rumput tak lebih tinggi dari tangkai semanggi
berdaun empat yang membuka seperti parabola
penangkap acara lagu-lagu cinta kesukaanmu tiap hari

aku iri, aku
coba mencari mendatangi sudut taman, mengitari
rumpun kerinduan. yang ternyata hanya ditumbuhi
pertanyaan-pertanyaan tentang kapan waktu mekar
menjalar pada ayunan. dengan angin sebagai bocah yang
bermain-main

tak lama kau datang dengan tubuh penuh
pasir dan bekas cabutan rumput. serta
sederet asa kian keriput di dahi yang
mengkerut

"ibu minta yang berdaun lima" ucapmu seraya menginjak
semanggi empat daun yang baru kaupamerkan pada ibu
mu lugu. menarik lumbar isak lirih dengan keringat kening
yang mencuri start, hendak menyalip airmata di sela
pori-pori pipi

kukeluarkan semanggi daun tiga, yang kusembunyi
pada lipatan-lipatan cerita. menyiapkan alur
kebohongan kebanggaan melipat muka
lalu kucopoti kedua daun telingaku
menaruh keluhmu

pun kutahu
mendengarnya
nanti

--
Malang, 25082010