lapang menyusut senja
di pelupukku
pun rindu mengombak pelan, menghanyut perlahan
entah rindu apa kau punya
hingga kau bawa aku pada
wangi embun yang sejuk dan
ranum?
betapapun senyummu kuingat pada
kabutkabut tipis tatkala embun perlahan
turun dan singgah
anggun di kulit apel yang basah
sebagaimana aku terkenang
sayupmu di antara dahan pohon yang tenang
dan aku, menanti
kau temui pun lembut kau petik
apel yang kugelantungkan bersama sebalas
rindu, apel wangi rindu
PELANGI
****
kerangkarang hati
mu karang pengerang hati
ku
mencinta kian garang
tak pula memantra ombak
pula tak lalu melucuti riak
pada laut yang berpindah
: ke bibirmu
secumbu metafora laut
pesisiran
semilir
mengombak
sekiasnya melabuh romansa
pada kita
aksara laut yang saling
membaca
tentang matahati yang kuterbit
di senyummu
hingga sesenja rasa yang kau benam
dimataku
( dan kita aksara laut, jejari ombak mana yang sanggup menghanyut? )
----
Aquanos Cafe
Malang, 16 januari 2010
Andi M E Wirambara
Buku bersampul merah muda dengan gambar seorang gadis yang tengah memberi makan burung kecil yang hinggap di jemarinya itu digenggam seorang lelaki. Perawakannya gagah dan berwajah tampan, ia duduk di depan tendanya. Sebuah diary, diary yang bukan miliknya, melainkan milik seorang gadis, bernama Evi. Nampaknya masih baru. Ia mulai membaca lembar-lembar diary tersebut.
Ah diary, sudah dulu...aku mengantuk.
****
****
Selasa, 26 maret
Diary!!! Tolong aku!!!
Tolong aku!!!!
Sebenarnya apa yang terjadi??? Liburan yang seharunya menyenangkan ini berbalik meremukkan hatiku! Kau tahu kenapa??
Aku pergi ke minimarket yang tak jauh dari lokasi villa, membeli sedikit cemilan untuk kami. Dan kau tahu apa yang kulihat setelah tiba di villa? RANDA MEMELUK ANITA ! Aku tak tahu harus apa. Marah-marah? Apa hak-ku? Randa bukanlah milikku...
Tapi tega sekali Anita mengkhianatiku! Sebagai sahabat yang tahu aku menyukai Randa. Ketahuilah diary, mereka bukan hanya berpelukan, tetapi mereka benar-benar mesra saat itu. Dan aku langsung ke kamar, mengcunci pintu, dan menangis sejadi-jadinya. Saat itulah aku menemukan secarik kertas yang menyembul dari tas milik Anita, kau ingin tahu isinya? Kutulis untukmu, diary.
==
TENTANG (W)ANITA YANG KUCINTA
Bukan tentang bidadari yang kupuja
Atau cleopatra yang memikat jiwa
Adalah mahkluk pengeruk pesona
Kau, (w)anita yang kucinta
Nafasmu adalah embun di pagi buta
Yang memekar kelopakkelopak bunga
Dariku : Randa
==
Aku benar-benar sakit, diary. Dan tadi Anita sempat menanyakan mengapa mataku bengkak, aku katakan saja tidak ada apa-apa. Diary, aku harus bagaimana???
Tak kuragukan lagi Randa telah bersama Anita, dan apa sebenarnya maksud perhatiannya padaku selama ini?? Palsu! Palsu! Bertahun aku seperti orang bodoh menantinya. Bodoh! Bodoh!
Diary,
Aku mau mati... ini bukan hal yang aku sanggupi. Di balik jendela aku juga melihat kecup mesra Randa menempel di kening Anita. Itukah sahabat? Diary, jangan seperti perempuan...(aku tak sanggup berkata kasar untuknya) itu. Jangan pernah khianati aku.
Diary,
Kertasmu masih banyak lembar yang kosong, namun terima kasih. Aku cukupkan saja hariku, dan kau tentu tidak mau kertasmu basah selalu oleh air mataku.
Ini malam terakhir untuk kami menginap di sini, menyisakan pilu untukku. Seharusnya aku tahu, terlalu lama aku mengharap Randa, perasaannya pun memudar, ia juga belang sialan yang pengecut dan tak memulai hati. Dan dengan mudahnya berpindah pada Anita? Aku menangis saja, tak ada yang tahu aku menangis, pula sepasang gagak yang saling cumbu itu. KETERLALUAN!!!
Berakhir.
****
Lelaki itu menghentikan bacaannya, selanjutnya yang ada hanya lembar-lembar kosong yang ia temui. Evi benar-benar tidak melanjutkan lagi tulisannya. Lelaki itu kemudian menitikkan air matanya, prihatin. Ia menoleh pada gadis yang tengah terlelap di dalam tendanya.
“ Sekarang, maukah kamu mengembalikan diariku? ” Ucap seorang gadis di dalam tenda mengejutkan laki-laki itu.
“ Kamu sudah bangun? “ Lelaki itu terkejut.
Ya, gadis di tenda itu adalah Evi, dan lelaki yang membaca diarinya itu adalah Tio, seorang yang tengah berkemah di hutan sekitar kebun teh bersama beberapa temannya. Ia menemukan Evi di hutan dalam keadaan leher tergantung, tubuhnya membiru, gadis manis itu begitu berantakan, penampilan, pula pikirannya. Nampaknya Tio mengerti sudah, penyebabnya. Tio masih belum terlambat, Evi masih bisa ia selamatkan, meski sudah dalam keadaan pingsan dan hampir meninggal. Sementara rumah sakit jaraknya cukup jauh. Maka dibawalah Evi ke tendanya. Saat itulah Tio melihat diary di tas kecil yang dibawa Evi. Dan kini Evi telah sadar. Setelah sebelumnya mencoba mati.
“ Kenapa kamu tolong aku? “ Evi kembali bertanya.
Suaranya parau, masih terasa sesak di pernafasannya, pula hatinya. Masih beruntung ia tidak terlambat diselamatkan. Efek gantung dirinya tak terlalu parah. Tio dengan sigap memberi pertolongan.
“ Kamu baca diariku kan? Kamu tahu yang terjadi kan? “ Evi tak sanggup menahan air matanya, pun tumpah.
Tio mendekati Evi, menyelimui bagian belakang tubuh Evi yang tengah tersedu. Nampaknya lelaki ini akan menadi tokoh baru dalam hidup Evi yang begitu menyesakkan. Tio merangkul pundak Evi. Evi tak bergeming dengan lengan penyelamatnya yang masih asing untuknya.
“ Namamu Evi, bukan? Evi, seorang pecinta sejati tak akan memilih mati saat disakiti. Ia juga takkan membenci saat ia dikhianati. Pula takkan garang saat untuk cinta ia menjadi pecundang. Tapi ia juga tak sudi memberi kasih sayang saat itu, ia hanya diam, lalu bertindak untuk mengelak nasib. Bagaimana ia terus ada untuk membuat orang yang mengecewakannya membenci diri mereka sendiri.
Kau tahu bagaimana Randa adalah seorang yang tolol? Matikanlah hatimu untuknya, sebab ia sudah memutilasi harapan-harapanmu. Jangan jadikan cinta yang begitu lama hadir menjadi alasanmu untuk mematok hati dalam-dalam padanya. Pula sahabatmu Anita yang sebenarnya menjadikanmu boneka? Sebagai alasan untuk bisa bersama Randa. Jangan sebut sahabat, sahabat itu tulus.
Sesungguhnya yang kau rasakan itu cinta yang berlumut! Dimana sewaktu-waktu kau akan terpeleset karena begitu licin dan jatuh dengan sakit yang luar biasa. Atau cinta yang berdebu! Mengotori pernafasan hatimu saja. “
Suara lembut Tio menyingkap pesan tulusnya pada Evi, dia benar-benar simpatik padanya. Malang sekali gadis itu untuknya.
Evi hanya bisa diam, ia menatap wajah Tio dengan berkaca-kaca, ia memeluk Tio, menangis sejadi-jadinya. Ia benar-benar tertekan, begitu tertekan. Lelaki itu nampaknya memberi ucap yang menohoknya. Tio diam, membiarkan Evi puas menangis, tak lama, ia tertidur.
..........
Waktu yang berlalu, memotret proses hidup di dalamnya. Bersama diary yang penuh tetesan air mata, mulai mengering dan berdebu.
Diary itu tergeletak di atas meja disamping jendela, lembar-lembarnya terbuka oleh angin, di lembar akhir dari diary itu, tertulis sebuah cerita, ungkapan gadis yang pernah menderita. Menulis dalam kata :
****
Sabtu, 14 februari
Dear diary, begitu lama sudah aku tak menyapamu. Aku sudah berjanji tak lagi menulisimu, tapi aku juga tak tega menutup tugasmu dengan pilu. Aku tak lagi mempermasalahkan Randa dan Anita, sejak saat itu aku mencoba bersikap wajar dan akhirnya mereka mengakuinya. Aku tidak terkejut, dan aku bersiap cuek saja. Aku akan mengoretkan senyum untukmu, kejadian dahulu membuatku lebih dewasa. Dan kuselipkan saja untukmu hadiah karena menemaniku.
Terima kasih.
Salamku untuk diariku, Evi
****
Tertempel di bawah tulisan tersebut, sebuah foto kecil, dengan gambar seorang laki-laki dan perempuan yang tengah bergandeng dan tersenyum, dibawah foto itu tertulis:
February, 14th
Happy wedding:
TIO - EVI
Diary itu kembali tertutup oleh angin, tertutup dengan senyum. Sesuatu yang tiada duga.