pohon asam
aku ingat bagaimana aku
merayu pujaan yang mula fajar
kunanti sejak setengahenam pagi
pun embun masih
senggamai dedaunmu

kau perlu tahu, mungkin
ia tiada lagi sama
selayak kuhapal nadi
gemerisikmu
tetes nafasnya berbeda telah
sejak lenyap jejakku
dipelupuknya

dan andai, helai daunmu mampu menyela
air mata
maka kuderaskanlah milikku
yang tak kujumpa tadahnya
:menitik, mengalur

hingga terpuas aku
kembali menjejak rindu di
bawah rimbunmu, saksikan
angin yang berpesan
tentang nelangsa pada daun rapuh
seanggun dandelion yang perlahan
lepas

membawa serta senyumku, jauh
ke tempat pujaanku kelak
membaca gores puisi yang lekat
pada pusara
dan ia
mengeja namaku di sana

.

---
Palangkaraya, 240410
Andi M E Wirambara