/1/
kau tahu telah
tiada jernih pun satu dari
nafasnafasku
bukanlah sama seperti
airmata ibu
yang mengecup mimpi pada
bayi yang baru
mengosong rahimnya
usai sekian jerit lalu

/2/
sebagaimana selalu aku menyapa
raut pipimu yang santun bicara
tentang hati
yang menggenang air di matanya
dan aku menyanggup
menyeka tetestetes yang turun
:mewujud saputangan
sebelum bibirmu menyapanya pelan


lalu kenapa masih kau diam?

/3/
heningmu adalah tanyaku tiap malam hari
dan kujawab sendiri tiap satu purnama
maka bisa kau hitung sendiri
berapa tanya yang menumpuk
saat kau bungkam
pun aku menanti saja
kapan kau jawabkan untukku?
(ah, tanyaku bertambah lagi satu)

/4/
kupunguti katakata
pula serpih khilaf milikku
yang tercecer didekat kakimu
sambil merunduk kepala

untukmu bisa injak kepalaku
pada tanahtanah
dan melepas nyawa yang
lebih lantang padamu
mengucap

: maaf,
aku.