di belakangmu, daun-daun ranggas
diammu selalu tanya seperti menyisa
lapuk pada jembatan taman. manakala
wajah kita yang lalu tak lagi tenang
terpantul di muka sungai tempat biasa
kulemparkan rembulan. hingga riak
muncul bilamana sesunyi malam tiba

di jembatan ini, aku ingin kau bicara
tidak sekedar menunduk kepala
atau membuang mata dari sepintas
pandangku yang lara. sebab aku
terlanjur mencelupkan bolamatamu
di mataku. gumpal awan, daun jatuh
biarlah aku melihatmu dari sana dan
tak perlu menoleh melarik diammu

tak lama, aku akan segera pergi
setelah bisu kehabisan kerikil. untuk
melempari kebodohanku sendiri yang
memantul di muka sungai. melempari
apa yang kupikir hadir mengekor aku
selain rindu dan kecamuk dan pula
bisu. kau dan bisu yang masih
berdiri di situ


----


malang, 04092010

Andi M E Wirambara