pada saatnya, kau akan tahu jika aku rindu
jarum jam ragu-ragu menggeser diri
tak lagi tak, tak lagi tik
pelan menada diri seperti pianis
yang begitu ahli mencumbu ritmis

jika rindu mengendap, teh di gelasku lindap
pahit tak sekedar merayap pada kerongkongan
yang kering, merindui kerling seperti rindu suling
pada sawah-sawah kuning sementara bening
teh di gelasku kian dingin
menagih seruputan, namun masih pahit
maka kukeluarkan wajah manismu yang masih
kusimpan di dadaku, lalu celupkannya
pada genang teh di gelasku itu

dan kau akan tahu ketika aku rindu
serupa kubangan seusai hujan
tabah tak lagi menyilakan
sebuah enggan