Pagelaran pestapora piala dunia sepakbola 2010 ini memang tak jauh berbeda dengan piala dunia sebelum-sebelumnya. Meriah, penuh kejutan, penuh sukacita, duka, lara, haru, tangis, tawa, isak, pilu, rindu, jenuh, sendu, ceria, amarah, kecewa, licik, cerdas, lelaki tampan, gadis seksi, banci genit, bendera, dan vuvuzela.

Ya, sejauh turnamen dilaksanakan, memang lancar-lancar saja. Meski tidak, untuk kejadian di balik itu. Masalah besar melanda federasi tertinggi sepakbola dunia, yaitu FIFA. Sejumlah kejutan dan masalah baik kecil maupun besar sepanjang turnamen diduga adalah rekayasa FIFA.

“Ini fitnah! Fitnah kubur! Laknat!” geram Marco Hallei, detektif kepercayaan FIFA.

“Tenangkan dirimu, Marco. Ada apa?” Merry, istri sekaligus asisten Hallei menenangkan.

“Lihat ini!” Marco menyodorkan sebuah surat kabar. Merry membaca judulnya.

“WorLd k4p dU4 rIbu cEpuYuUh pNuh ReKaYasa F1F4”

“Itu maksudmu, sayang? Konyol! Apa yang kau kesalkan dari koran alay ini? Ini bukan koran resmi! Aku tak pernah melihat koran ini sebelumnya.” tanya Merry heran.

“Memang alay dan meragukan, Merry. Bahkan kau tahu koran itu tidak berlogo SNI...”

“SNI untuk helm, Marco.” Merry memotong.

“Ah, iya... maksudku koran ini bukan koran konsumsi publik. Tapi inilah letak permasalahan yang kita harus selesaikan! Koran ini bukan koran biasa.” Marco menjelaskan.

“Lalu?” tanya Merry heran.

“Entahlah, aku tidak yakin. Tapi kujelaskan nanti, kita hadiri dulu rapat oleh FIFA.” Jawab Marco.

Marco Hallei membereskan berkas dan benda-benda yang berserakan di meja kerjanya, termasuk pula koran alay tadi. Mengambil jas krem dan topi bulatnya, bersama Merry menuju tempat rapat dengan pengurus FIFA di markas federasi sepak bola Afrika.

Memang, belakangan banyak sekali menyebutkan FIFA merekayasa banyak kejadian pada piala dunia kali ini. Dari keputusan menunjuk Afrika Selatan sebagai tuan rumah, bola resmi Jabulani yang liar, terompet vuvuzela yang mengganggu telinga, hingga gugurnya finalis piala dunia 2006, Italia dan Perancis di putaran pertama. Banyak media mengungkit ada sesuatu yang disembunyikan FIFA.

Di sisi lain, FIFA membantah hal tersebut. Karena itu, mereka ingin lepas dari fitnah tersebut dengan meminta bantuan detektif kondang Marco Hallei, seorang cucu dari menantu suami anak bungsu sepupu tiga kali kakak kandung ipar pamannya Sherlock Holmes untuk menyelidiki hal ini.

Sepanjang perjalanan Marco yang memang sangat peka dan teliti memperhatikan apa saja yang ia lihat. Anak-anak Afrika yang bermain bola di tanah-tanah kering, warga miskin yang berkumpul memasak daging beramai-ramai karena di rumah mereka tidak memiliki dapur, pemuda berbaju lusuh yang mencari celah agar bisa masuk stadion untuk menonton pertandingan piala dunia, kucing kawin, hingga pemandangan turis yang sedang membeli vuvuzela. Hingga tibalah Marco dan Merry di lokasi rapat setelah menumpang gerobak warga lokal yang membawa tumpukan jerami.

****

Ruang rapat di markas federasi sepakbola Afrika itu sudah dipenuhi banyak orang. Nampak orang-orang dengan jas hitam elegan berlabel FIFA lalu lalang dan diantaranya sudah duduk di kursinya masing-masing mengelilingi meja bundar yang besar. Selain orang-orang FIFA, nampak juga perwakilan dari federasi sepakbola beberapa negara. Seperti dari federasi sepakbola Spanyol, Rusia, Brazil, hingga PSSI juga diikutkan dalam rapat ini. Kelihatannya memang menjadi masalah penting.

“Jadi mungkin kita bisa mulai rapat kita hari ini. Saya menyampaikan sebelumnya jangan menyinggung SARA, kata-kata kasar, melakukan SPAM, atau tidur, mengupil, dan lainnya selama rapat berlangsung.” Presiden FIFA membuka rapat.

Sementara di ruangan sebelahnya juga berlangsung rapat dari para pemain terkemuka dunia.
“Ada yang tahu dimana Cristiano Ronaldo dan Luis Fabiano?” tanya Lionel Messi.

“Ah, bukannya mereka bertanding hari ini? Brazil vs Portugal.” Jawab Buffon.

“Benar juga, padahal aku juga ingin mereka berbagi pendapat soal problem FIFA ini. Masalahnya kita juga kena imbas. Dikira kita adalah pemeran drama FIFA. Kalau begitu bagaimana pendapatmu, Rooney?” tanya Messi pada Rooney, wakil Inggris.

“Kupikir kita tanya saja pada wakil tim yang tidak ikut Piala Dunia, mungkin ada pandangan bagus dari mereka. Jadi dimohon kepada saudara Taufik Hidayat, wakil Indonesia bicara.” Rooney Menyarankan.

“Baik. Sebelumnya maaf, saya Bambang Pamungkas, bukan Taufik Hidayat. Saran dari saya, mungkin lebih baik kita serahkan semua pada FIFA yang rapat di ruang sebelah. Bagaimana?” jelas BePe.

“Boleh juga, saya setuju.” Jawab Messi, diikuti anggukan kepala oleh Klose, Torres, Van Persie, dan Mike Tyson.

****
“Jadi begini analisis saya, saudara sekalian. Saya, detektif Marco curiga dengan koran alay ini. Pertamax, apakah mungkin koran ini bisa muncul begitu saja dan hanya dijual satu saja di tiap negara yang mengikuti piala dunia? Tentu tidak, jadi saya pikir ini adalah sebuah kode rahasia yang dikirimkan dari sebuah organisasi yang disebarkan ke anggota mereka.” Marco menjelaskan.

“Instruksi! sedikit menyanggah. Saya setuju soal kode rahasia itu. Tapi soal koran alay ini, saya menemukan hal yang mengejutkan. Koran ini penuh rekayasa, tulisan-tulisan tak jelas itu sebenarnya adalah script dan kode HTML. Saya berhasil menyeleksinya meski sulit memang, banyak juga yang disisipkan di sini. Jadi jelas koran itu adalah rekayasa!” Seseorang menjelaskan.

“Merry, siapa dia?” Bisik Marco pada Merry.

“Wakil dari Indonesia, pakar telematika.” Jawab Merry.

“Maaf pak, kode script seperti apa yang anda maksud?” tanya Deen Roft, wakil Skotlandia.

“Jadi begini, teknologi yang dilakukan organisasi itu sangat canggih. Dengan menyisipkan koran alay di antara koran lainnya. Maka script akan menempel dan otomatis merubah judul-judul koran lainnya dengan judul yang ada di koran itu. Karena itu banyak media yang heran judul korannya berubah meski sudah dalam bentuk cetak.” Terang sang pakar.

BUMMMM..........!!!

Mendadak salah satu sisi dinding ruang rapat meledak dan menghasilkan lubang besar. Beberapa diantara peserta rapat pingsan, dari lubang itu masuk tiga orang pemuda bertopeng kain warna merah jambu yang hanya menyisakan lubang untuk mata mereka. Di bagian dada baju mereka terdapat tulisan “FUN”. Menyekap mulut Merry dan membawanya pergi.

“ MERRY!!!! FUN? Siapa kalian?” teriak Marco.

“Marco, tenangkan diri. Mereka adalah anggota FUN (Football Uni-Nations). Organisasi yang ingin menggulingkan FIFA.” Mendadak sekertaris FIFA menjelaskan sambil memegang pundak Marco.

“Oh, kupikir tidak ada yang tahu apa-apa tentang organisasi kami.”

Marco dan lainnya menoleh ke arah orang yang bicara. Sang Presiden FIFA! Bukan, perlahan ia menarik kulit wajahnya. Hingga memperlihatkan wajah asli orang tersebut. Pipi tembem tubuh kurus kering, rambut model emo di kepang dua.

“Hahahaa!! Presiden kalian aku bius di rumahnya, sekarang aku! Khryng Jyppy sudah saatnya menggulingkan FIFA dan menjadikan organisasi yang kupimpin, FUN!” seru Jyppy dengan angkuhnya.

“Sialan! Apa maumu hah? Kembalikan istriku! Dasar botak! Tidak diajarkankah orang tuamu bagaimana memberikan huruf vokal di nama jelekmu? Lagipula apa itu FUN? Nama kekanakan! Childish! Jelek! Katrok!” Marco sudah terlalu emosi.

“Sesukamu saja, aku pergi dulu! Aku sudah mencuri diam-diam berkas penting FIFA! Hahahha..!” ucap Jyppy lalu terbang dengan roket kecil di punggungnya.

“Segera hubungi FBI, Marco. Maaf, saya harus pulang ke negara saya untuk menuntaskan analisis tentang Ariel Peterporn, jadi tak bisa bantu.” Kata sang pakar.

“Peterporn? Baik, terima kasih sejauh ini. Saya akan hubungi semua untuk menangkap anggota FUN lain. Kupikir mereka pasti menyisipkan anggota mereka di federasi sepakbola tiap negara. Dan satu lagi, ini. Tolong beri saya kopian video yang anda maksud, saya belum nonton.” Balas Marco sambil menyodorkan flashdisk pada sang pakar.

Marco lari mengejar sambil mengikuti arah terbang Jyppy. Di langit, Jyppy terbang melewati stadion tempat berlangsungnya pertandingan Brazil vs Portugal. Sementara di lapangan. Julio Cesar sedang menendang bola, sayangnya bolanya justru tinggi melayang garis lurus ke atas dimana Jyppy sedang terbang diatasnya. Kontan, Jyppy yang tak waspada dagunya dihantam bola keras dari bawah. Jyppy terhuyung jatuh pelan ke bawah seperti layang-layang putus. Belum berhenti sampai situ, para pemain menanti di bawah mengira bola jatuh. Dan naas bagi Jyppy, belum sempat tersungkur di tanah ia langsung disambut tendangan keras dari kaki kanan Cristiano Ronaldo tepat di perut. Jyppy terpental ke tiang gawang dengan kerasnya, dan jatuh ke tanah. Sebagai penutup, Jyppy terinjak-injak oleh pemain yang sebelumnya berebutan bola di lapangan.

.....

“Benarkah? Jyppy semaput di lapangan? Kabar bagus! Aku juga baru dapat kabar dari PSSI, mereka menangkap satu penyusup dari FUN di Indonesia. Setelah mereka mengenakan jaket merah-putih, anggota itu justru pakai jaket pink dan di keningnya ada stempel FUN. Kabari federasi sepakbola negara lain!” ujar Marco setelah panitia pertandingan Brazil vs Portugal menelponnya. Kabarnya pula, pertandingan tersebut hanya ditunda 2 menit.

“Sekarang tinggal istriku...” gumam Marco.

****

Terik menyapu titik-titik kerikil yang berpeluh, meski udara dingin turut membelainya. Siang hari di musim dingin Afrika Selatan tidak menggoyahkan Marco untuk mencari dimana istrinya disekap.

"Tum paasse aye..Yun Muskurayee, Tum nena jane kya..kuch kuch hota hai.."

Handphone Marco berbunyi, rupanya ada pesan masuk: “KAMI MENEMUKAN TEMPAT PERSEMBUNYIAN ANGGOTA FUN, ADA DI KOLONG JEMBATAN ARAH UTARA STADION SOCCER CITY DI JOHANESBURG. SALAM OLAHRAGA! By. CIA”

Senyum Marco mengembang. Satu lagi kabar dari CIA yang membantunya. Tanpa ragu ia ke lokasi yang dimaksud.

Setibanya di sana, ia disambut oleh sekitar tujuh pemuda kekar yang memakai bandana warna merah muda bertuliskan “FUN”. Sementara di saah satu tiang jembatan, Merry tengah diikat.

“Lepaskan Merry..” Marco mulai bicara, sementara seluruh pemuda itu bergerak pelan ke arah Marco.

“Jangan dekat-dekat! Aku bawa pistol!” Marco waspada, sementara pemuda itu makin mendekat.

PLAKK!!

Salah satu dari mereka dengan cepat menampar tangan Marco yang memegang pistol. Marco panik, sementara pemuda yang paling besar mencengkram kuat pundak Marco.

“Apa-apaan kau! Lepaskan!” Marco berontak.

“Tenang bro, tadi FBI sudah ke sini dan memberi kabar kalau bos kami sudah takluk. Kami ingin berterima kasih saja.” Ujar pemuda kekar itu dengan suara yang berat.

“Maksudmu?” tanya Marco heran.

“Begini sebenarnya....” pemuda itu dan seluruh pemuda lainnya melepas kacamata hitam mereka, menarik nafas, lalu bicara.

“Gini lo.... eke sama kami-kami ini sebenernya dari FUG boo... Federation Uni-Gender.. kami biasanya nangkring di stadion-stadion tempatnye piala dunia. Jujur deh kami-kami suenenng yang ganteng-ganteng dateng.. ada Messi, Ronaldo, Higuain, hadu.. hadu... cuman ye.. si Jyppy rese itu janjiin, kalo bantu dia, kami-kami bakal punya kuasa atas stadion, mangkanye dia ganti nama kami jadi FUN. Lumayan kan kami masuk ke ruang ganti buat nyubitin pipi Buffon pas ganti baju. Sekseh boo.. makanya maaf ya istri situ kami tawan. Kami udah mau bebasin kok, cuman situ dateng duluan. Kami bisa bebas.. dadah..!! tengkyu..” pemuda itu menjelaskan dengan gaya banci, tangan melambai-lambai lalu pergi.

Marco menghampiri Merry dan mereka saling berpeluk haru. Sementara para agen dan orang-orang FIFA yang mengikuti rapat sudah berdiri mengelilingi mereka sambil bertepuk tangan. Diantara mereka ada yang menangis haru, kejadian yang begitu mengharukan.

Setelah kejadian tersebut nama FIFA pun baik kembali. Publik kembali menyalahkan Domenech dan Lippi atas gugurnya Perancis dan Italia yang mereka pimpin. Jadwal tetap berjalan lancar. Sementara hampir seluruh publik dunia tidak ada yang tahu, tentang kejadian di balik euforia piala dunia. Kisah yang bahkan tak sempat tercium media.