Langit malam yang bersih, bulan sempurna dan sepoi sejuk, malam yang tengah mendesir di sebuah komplek perumahan. Sebuah komplek yang banyak terdapat kost untuk remaja putri. Nampak hening, dan teriakan khas yang begitu dikenal, memecahnya sunyi tersebut.

“Teee... te..sate...sate...sate.” Seperti biasa, tukang sate melewati satu per satu rumah di komplek ini.

“Bang..! sate bang..!” 

Dua gadis yang sama-sama memakai hot pants memanggil tukang sate tersebut, sang tukang sate menghentikan gerobak satenya, turun dari sadel, dan menyunggingkan senyum. Senyum ramah kepada pelanggan mungkin. Dan gadis-gadis barusan menghampiri, dan tiga gadis lainnya baru keluar dari pintu rumah dengan membawa beberapa piring.

“Abang kemana aja? Kok lama ngga lewat sini?” tanya Nova, dengan kaos ketat biru bergambar doraemon dan celana pendek sepaha kuningnya.

“Abang ditungguin ya...jadi malu..” goda si abang sate.

“Ye..ge-er deh! Udah bang, sate ayamnya ya bang.. abang cakep..” balas goda Tiara.

Kata “Abang cakep” yang dilontar Tiara, mungkin bukanlah suatu rayu-canda-goda biasa. Tukang sate yang satu ini sudah menjadi langganan mereka, di komplek perumahan itu. Tak sekedar satenya yang lezat, tetapi sang penjual, masih begitu muda, bersih, dan gagah.

Maklum saja, dia tukang sate super langka di Indonesia, tukang sate blasteran Indonesia-Jerman! Nampak tak logis memang, tapi kenyataannya begitu. Ayahnya berkebangsaan Jerman dan ibunya asli Indonesia, mereka bukan orang susah tetapi dia ingin sekali mencari “sesuatu” di luar kehidupannya sebagai orang berglimang harta, maka ia coba menjadi tukang sate. Ia menentang ayahnya yang menyarankan melanjutkan studi di negeri sang ayah. Dia ingin bebas dan berat hati ayahnya menyetujui. Dengan syarat setoran hasil jualan sate harus jalan. Fakta ini hampir tidak ada yang tahu. 

Raut gantengnya memang memikat, blasterannya pun nampak dari hidung mancungnya, bola mata cokelat, dan bodi yang macho. Pada KTP nya tertulis nama lengkapnya : BAANS SCHULTDEEN. Meski orang-orang memanggilnya : BANG UDIN.

“Berapa bang??” tanya Nova setelah Bang Udin selesai menyuguhkan pesanan Nova dan kawan-kawannya.

“Satu aja...” jawab Udin

“Satu? Apanya yang satu??” tanya Nova heran

“Cukup...satu nomor HP kamu..” jawab Udin usil.

“Ye...abang... ya udah deh... catet nih...” Nova membolehkan.

“Ciiieeeeee.....” Sily, Tiara, Olive, Yenny. Teman kost Nova, menyoraki.

“Cieeee.......” mendadak ibu kost mereka keluar dan menyoraki

“Cieeee.....” mendadak para tetangga keluar dan ikut menyoraki, yang dari jendela pun.

“Cieeeeee...” satpam yang lewat juga tak ketinggalan menyoraki.

Baik Nova maupun Udin sama-sama tidak peduli dan hanya tersipu saja. Setelah memastikan nomor handphone Nova sudah ter-save di Blackberry nya, Udin langsung membuka Facebooknya dan menulis status : “ Malam yang indah...”. setelah itu dia menutup facebooknya lagi dan berbincang sejenak dengan Nova. Sementara di Facebook Udin sudah masuk beberapa notificication:
Sate Bang Bendot menyukai status anda
Nurdin The Satayman menyukai status anda
Soleh “Bakso Arema”Rohim menyukai status anda
Julia Perez menyukai status anda

Tuntas dengan urusannya dengan gadis-gadis kost yang menyejuk matanya, ia berpamitan dan mulai mengenjot gerobaknya seraya sesekali matanya melirik-melirik nakal pada celana-celana mini yang dipakai para gadis dan kembali mengeluarkan teriakan khasnya. “ Ha....paha..paha....paha...”

****

Pukul sebelas malam. Entah pengaruh sate atau ketampanan Udin, sate Udin selalu laku dan cepat habis. Kini ia tengah di rumahnya bersantai di ranjang dengan handphone di telinganya. Dia sedang menelepon Nova.

“Beneran ih... ga ada kali abang sate cute kaya abang.. muka blasteran imut-imut gitu.” Puji Nova sambil memainkan ujung rambutnya.

“Duh si neng Nova bisa aja... neng tuh yang cakep imut-imut... sate abang aja jadi malu-malu..” goda Udin sambil memainkan bulu ketiaknya.

“Hus! Abang...sate apaan sih... cape deh bang... oh iya bang, kok jadi tukang sate? Abang kan tampang-tampang model. “ tanya Nova.

“Males... ntar ga bisa deket ama neng lagi... ini namanya takdir. Lagian kapan lagi bisa kenal sama neng baik hati yang ga peduli abang ini tukang sate mau telponan gini..” ujar Udin sambil mengorek-ngorek lubang hidungnya.

“Hahaha.. ngomong apa sih bang.. aku ga beda-bedain kok.. lagian aku ngerasa abang punya sesuatu yang tersembunyi.. udah ganteng.. baik.. kayanya ga sampe situ aja deh..” Nova balas memuji.

“Bener-bener deh si neng ngegemesin... abang jadi sakit perut nih ah.. dipujiin melulu.. jadi kangen deh pengen datengin neng langsung.” kembali Udin merayu, kali ini sambil berjongkok di toilet duduknya.

“Hahaha.. cacing perut abang manja tuh dipuji dikit langsung salting...tuut...tuut... tuutt... “

Mendadak telepon terputus, Udin mencoba menghubungi kembali.. tapi tidak bisa tersambung. Ia langsung mengecek pulsanya dengan keheranan, padahal baru saja ia isi pulsanya sejuta, tentu tidak akan habis saat itu juga. Ia pun mencoba berpikir positif dan menanyakannya besok saja.

....

Esok paginya, sambil menunggu para koki, pemotong daging dan pengolah bumbu terbaiknya di rumahnya mengurusi macam-macam persiapan untuk ia berjualan malam nanti, Udin jogging melewati komplek dan rumah kos Nova. Pagarnya masih digembok rapi, kendaraan milik penghuni kost tersebut juga masih utuh. Ada ibu kost mereka tengah menyapu di teras.

“Pagi bu... si Novanya ada.?“ tanya Udin ramah.

“Eh bang Udin, ga tau ya... biasanya jam segini dia sama yang lainnya udah cerewet di depan TV.. masih tidur mungkin ya... atau saya cek dulu ya...” jawab si ibu.

“Ga usah repot-repot bu..saya cuma nanya aja kok...” tolak Udin.

“Ah...ga pa pa..” kata ibu lagi sambil melenggang masuk ke dalam rumah.

......

KYAAAAAA....!!!!!!!

Mendadak dari dalam rumah ada teriakan dari si ibu kost. Udin terkejut, ia penasaran dan ingin masuk. Tapi pagar masih tergembok, Udin berpikir untuk melompati pagar. Tapi ia takut dicurigai maling dan tertangkap kamera CCTV yang diletakkan di pohon-pohon dan tiang-tiang listrik sekitar komplek.

“Ada apa bu???!!! Ada apa???? “ Udin memilih berteriak.

Terdengar suara langkah lari dari dalam. Ibu kost keluar sambil tergopoh-gopoh.

“Ada apa?” tanya Udin kembali ketika si ibu sudah di luar.

“Hosh...hosh...ini....” si ibu menjulurkan koran kepada Udin dari sela pagar smbil mengatur nafas.
“Apaaa!!?? ” Udin terkejut setelah membacanya.
“Biadab! Apa maksudnya dibunuh lagi 3 penduduk Palestina di perairan Gaza! Setan! Kemarin Mava Marmira! Terkutuk! Terkutuk!” lanjutnya geram.

“Eng..bang Udin, bukan yang itu... tapi itu..” kata ibu kost menunjuk kertas buram yang dilipat dan terselip di koran itu.

Udin membaca judulnya “ SURAT ANCAMAN DAN PEMBERITAHUAN KEPADA YANG PUNYA HUBUNGAN DALAM MISI PENCULIKAN KALI INI BAIK KORBAN MAUPUN PELAKU. Nomor surat 12/ANC/399/AF-SEL_FIFA/2010”.

Udin terhenyak, jelas terjadi sesuatu kepada Nova dan teman-temannya. Ia melanjutkan membaca isi surat tersebut.

“ aLlo0wW..
C0wrY y4acH aQw dy3m2 nyUliiK aW3wwe di k00s2n inNiEch.. bEcoZ @quh gii prlU... muufP yua4AaAA...

CalAm cHy4nk:
PnCuliiiiiikkkk >.<
tAndTe NinI mUutdh UchUld luTTHuu. ”

...

Udin emosi, seseorang beratas nama Tandte Nini Muutdh Uchuld Lutthuu menculik Nova dan teman-temannya. Ia meremas geram surat pemberitahuan itu.

“Bu.. lapor polisi! Saya bakal nyari Nova dan yang lain!” pinta Udin kepada si ibu.

“I..iya...”

****

Matahari beranjak dan tenggelam di ufuk barat, digantikan oleh senja yang perlahan menjadi malam. Sementara Udin setengah mati mencari di mana Nova disekap. Ia sudah mencoba melacak dengan menciumkan bau kertas surat ancaman ke hidung anjing peliharaannya, Hachiko. Tapi justru anjing itu batuk-batuk dan tak lama pingsan.

Dia kini sibuk di depan komputer mencari keberadaan Nova, di google, wikipedia, yahoo!, bahkan ia sempat mencarinya dengan membuat post di FJB (Forum Jual Beli) Kaskus. Tapi nihil.
...

Udin menemukan titik terang setelah ada kabar dari intel bahwa mereka melihat orang yang mirip dengan Nova di sebuah rumah di daerah terpencil. Tapi tidak bisa menguntit lebih jauh karena di sekitar rumah seperti ada ilmu hitam yang melindungi sehingga para intel terpental ketika ingin mendekatinya lebih lagi.

Mendengar info tersebut, Udin segera menuju lokasi yang dimaksud. Berbekal ratusan tusuk sate instan yang tinggal diseduh air panas 3 menit matang, berbekal doa restu dari ibunya, dari sang ayah di Jerman, ibu kost, satpam komplek, Himpunan Pedagang Sate Internasional ( World Organitation of Satay Fighter ).

Sesampai di lokasi setelah perjalanan panjang, tibalah ia di rumah tersebut. Tepat di depan pintu ia berdoa, sejenak, ia langsung mendobrak pintu. Tapi hening, di dalam biasa saja, dan tak ada seorang pun. Matanya lalu tertuju pada tulisan “PINTU RAHASIA” di sebuah dinding yang bergambar tanda panah menuju ke bawah. Dengan hati-hati ia masuk ke sana.

Betapa terkejutnya dia setelah sampai di sebuah ruangan seluas gedung serbaguna. Jauh di depannya seorang wanita posisi membelakanginya mengaduk sesuatu di dalam kuali raksasa. Di kanan-kiri adalah penjara dan kerangkeng dengan terali warna merah jambu. Di dalamnnya terkurung gadis-gadis cantik-manis-imut. Menyadari keberadaannya, salah satu gadis berteriak.. “Cowokk..!!! tolong kami! “

Gadis lain menoleh, dan ikut berteriak-teriak... dan senyum Udin mengembangb melihat salah satu yang berteriak adalah Nova, tepat di sebelah Nikita Willy.
“Bang Udin..!! Tolonngg!!” teriak Nova.

Keributan tersebut tentu membuat wanita tadi menoleh, wajahnya nampak muda, tapi sepertinya sudah tua, tapi ada muda-mudanya, meski kelihatannya dia tua, walaupun dia terlihat begitu muda. Dia terkejut dan ekspresi wajahnya tidak bersahabat.

“Huh! Kenapa aku tidak kepikiran untuk pasang kemenyan Anti-Cowok Bule?” ucap wanita itu tak lama.

“Hei kau! Apakah kamu si tante Nini Mut Lutu-Lutu itu?” tanya Udin.

“Ya! Bule ganteng, panggil aku tante Nini.. sedang apa kamu di sini? Mengganggu ritualku saja!” jawabnya.

“Dasar kau! Bebaskan Nova dan lainnya! Apa maumu sebenarnya?” Udin mulai emosi.

“Hahahaa.! Tujuanku? Lihatlah gadis-gadis manis itu. Malam ini aku akan membotak-kan rambut mereka.. dengan mewarisi keahlian kedukunan dan pesugihan dari kakekku, aku akan meminum air celupan rambut itu sebagai ramuan agar aku bisa mencapai ke-imut-an sempurna dan abadi... hahahhahhaa!! Akan kubuat Donghae, Justin Bieber, Robert Pattison jatuh cinta padaku!” jelas tante Nini dengan wajah bengis.

“Sialan! Cuma untuk itukah? Tahukah mereka memang muda! Susah payah merawat diri demi kecantikan mereka!” kata Udin lagi.

“Susah payah? Hahahaa! Merekalah yang menyusahkan! Orang tua susah payah cari uang dan mereka menghamburkannya di salon-salon mahal! Perawatan kecantikan rutin, pemborosan pembelian produk kecantikan dengan bahan merkuri yang sebenarnya berbahaya, baju-baju, dan lainnya!” balas Tante Nini.

“Kuno kau tante! Kuno! Tak pernah muda kah kau? Tak pernah jatuh cinta kah kau? Tak pernah gaul kah kau? Jelas saja wanita manapun juga secara naluri akan merawat diri mereka. Ah..atau jangan-jangan sebelum ini kamu adalah laki-laki?” sindir Udin.

Mendengar itu seketika Tante Nini geram dan tersinggung.

“Hei kau bule! Kamu harus kubereskan di sini, meskipun ganteng! Katakan apa tujuanmu ke sini sebagai kata-kata terakhirmu! Menggoda aku?” tantang Tante Nini.

“Huh..maaf saja.. aku ke sini ingin menyelamatkan ORANG YANG AKU CINTA! PUAS? ORANG YANG AKU Ce-I-En-Te-A !” seru Udin lantang.

Tante Nini lalu mengambil keris dan mengkomat-kamit mulutnya. Sementara Udin mengambil kuda-kuda. Riuh gadis di dalam penjara tersebut menyemangati. Ada yang mengangkat karton dengan tulisan BARCELONISTAS, bersahut-sahutan dengan mereka yang mengibarkan kain bertuliskan VIVA MADRID, ada pula yang bertuliskan PRO-KPK dan di penjara seberangnya bertulis ANTI-KPK. Di penjara tepat di sisi kiri Udin berdiri, spanduk panjang membentang : 1.000.000 FACEBOOKERS MENDUKUNG UDIN MENGALAHKAN TANTE NINI.

Suasana makin panas, tante Nini dan Udin saling mendekati, siap saling serang dengan hati-hati. Tante Nini menembakkan sinar laser hijau dari kerisnya, persis seperti di tivi-tivi. Udin menghindar, dengan cepat menangkap tangan tante Nini. 
BUFFF!!
Tante Nini menghilang di tengah asap, dan mendadak sudah di belakang Udin.

“Rasakan ini bule gaannnteeeng...!!!” tante Nini melayangkan kerisnya ke arah Udin.

SYUUTTT! 
Mendadak serangan Tante Nini terhenti. Rupanya sebuah tusuk sate sudah menancap di perutnya. Udin diuntungkan dengan postur tinggi dan lengan yang panjang sehingga jangkauannya lebih jauh untuk menghunuskan tusuk sate. Tante Nini tidak bisa bergerak. Melihat tante Nini tak berkutik, Udin kembali menancapkan tusuk satenya ke tangan kanan, telapak kaki kiri, dan leher tante Nini.

“Si..sial...apa-apaan ini?” ucap tante Nini terbata-bata.

“Itu teknik tusuk sateku, tante. Akupuntur tusuk sate.” Jawab Udin sambil menatap tante Nini yang terkapar tak berdaya.

Para gadis yang ditahan bersorak-sorai, terlebih ketika Udin membuka satu-persatu kerangkeng mereka. Di antaranya berkumpul merencanakan konvoi, sementara tante Nini yang ilmu hitamnya sudah dilumpuhkan dalam keadaan terlentang diangkut polisi. Dan Udin sendiri, kini tengah bertatapan mesra dengan Nova, Nova mengucap terima kasih dan mereka berpelukan.

“Cieeeeeee......” orang-orang di sana dan para polisi menyoraki mereka.

****
Ayah Udin kembali dari Jerman, dan Udin memperkenalkan Nova padanya. Nova begitu terkejut ternyata Udin adalah tukang sate elegan yang orang tuanya kaya-raya. 

Ya, Udin pun menemukan jodohnya kali ini. Dia sudah menemukan “yang dicari” dengan berjualan sate. Ia pun melamar Nova, gadis cantik yang dari samping mirip Sandra Dewi, dari belakang mirip Megan Fox, dari depan tak terlalu istimewa dan akhirnya mereka menikah dengan tema resepsi “sate”.



Pesan moral :
- Sate ayam lebih murah dari sate kambing
- Bumbu kecap dan bumbu kacang sama-sama lezat
- Di Indonesia ada sate Madura, sate Padang, dan bermacam sate lainnya
- Sate enak dinikmati dengan nasi maupun lontong
- Bicara sate bikin lapar.



TAMAT