Batang Padi di Kue Ulang Tahunku

/1/
aku ingin batang padi di atas kue ulang tahunku
sebab aku keturunan Adam yang dicipta
dari tanah. tanah hidupkan padi, lahirkan beras
lalu nasi. bukan lilin yang menyala. sebab aku
takut api, siap renggut keringat dan jiwa
yang sudah diminyaki

tiba-tiba aku jadi tanah. ditumbuhi ilalang, tempat hidup
ular dan belalang, dicangkuli pun rerumput ditebas
lepuh tangan seorang yang hak asasinya sendiri tak
ia tahu jelas

/2/
undang-undang nomor lima tahun
sembilanbelas enampuluh jadi payung
hukum agraris. payung hukum tanah untuk dikais
tapi aku masih berpayung talas. begitupun padi
di atas kepalaku terus saja memelas. takut kotor
oleh mendung yang mungkin saja guyurkan
impor

/3/
aku tak lagi jadi tanah. tapi tetap saja kue ulang tahunku
ditumbuhi lilin, bukan padi yang kuminta dari tadi
namun kutiup saja, sembari berdoa. memohon menadah
harap meneduh kesah. agar apapun, terus tabah seperti
kata pepatah;

bagai ilmu padi,
makin berisi makin

diuji





--

Malang, 24 September 2010

Hari Lahirku dan Hari Tani (Hari jadi Undang-Undang Pokok Agraria)
READ MORE - Batang Padi di Kue Ulang Tahunku

Setelah Ini, Aku Mengantuk

setelah ini, aku akan mengantuk
buku-buku mengantuk. tinta mengantuk
bangku, meja, dan lantai terasa
begitu empuk. menyumpal gumam efisiensi
teori yang kian lapuk

setelah ini, kata-kata adalah bom
waktu. diselotipkan pada aku yang
mengantuk. dan proyektor akan
memutarkan materi. menayangkan
kasus panas dalam negeri. menayang
aku yang ternyata tengah
sibuk mendengkuri sakit hati pada
hilangnya hak asasi

setelah ini, biar kutuntas segala
kantuk. mengemasnya dalam
peluru. menempelnya di kepala
terantuk

menarik pelatuk.


--
Malang, 21092010
Andi M E Wirambara
READ MORE - Setelah Ini, Aku Mengantuk

Wajahmu Terpampang di Gedung Seberang

kau muncul lagi, kali ini wajahmu
terpampang di gedung seberang
ada senyum yang jadi pemandangan
mataku dari lantai delapan
meredup deret lampu jalan
yang biasa menyapa lalu lalang
tiap deru pertemuan

hanya malam tak punya pelangi yang bisa
melengkung menjadi jembatan tempatku
menjejaki harapan, lintasi seangan sapa
tanpa menyebrang turun lewati kemacetan
kota dan debu yang memerih mata

rindu kian rebah, seperti malam yang pula
telah lelah membagi lamunan
dan utuh wajahmu berubah serpih berlompatan
ke pijar lain, bersembunyi dari pagi yang mulai
ringkih kembali

tak ada serpihmu yang begitu jauh
terpisah untuk kukumpulkan satu-satu
dan menempelkannya lagi
di gedung seberang
merekatinya dengan rindu
yang sudah berkali melekati

hati
READ MORE - Wajahmu Terpampang di Gedung Seberang

SENJA DAN PENDARMU ITU

: teruntukmu yang kurindu di senja lalu

kupikir senja waktu itu ada benang
...di mataku yang lalu terbang seperti
layang-layang, diterbangkan oleh
kumpulan liliput yang saling sikut
mengata agar jangan sampai dariku
pendarmu luput

senja sesungguhnya tiada cukup
menanti hingga pendarmu itu utuh
kutangkup. sekalipun telah kupindah
bayangmu pada genang asparagus
dan semangkuk es buah menabur hati
yang berdebar tandus

hanya kutahu, denganmu senja tak
sengaja berjumpa. seperti aku pula
tengah hendak turun di seberang teluk
bersembunyi di balik gunung-gunung
yang tak mampu kupeluk. seperti pepatah
berpesan pula tentang senja telah pasrah
terbenam di
sayu matamu

pun aku

--
Malang, 21092010
Andi M E Wirambara
READ MORE - SENJA DAN PENDARMU ITU

Setelah Ini, Aku Akan Mengantuk

setelah ini, aku akan mengantuk
buku-buku mengantuk. tinta mengantuk
bangku, meja, dan lantai terasa
begitu empuk. menyumpal gumam efisiensi
teori yang kian lapuk

setelah ini, kata-kata adalah bom
waktu. diselotipkan pada aku yang
mengantuk. dan proyektor akan
memutarkan materi. menayangkan
kasus panas dalam negeri. menayang
aku yang ternyata tengah
sibuk mendengkuri sakit hati pada
hilangnya hak asasi

setelah ini, biar kutuntas segala
kantuk. mengemasnya dalam
peluru. menempelnya di kepala
terantuk

menarik pelatuk.


--
Malang, 21092010
Andi M E Wirambara
READ MORE - Setelah Ini, Aku Akan Mengantuk

Sultan Hasanuddin Pintu 1

/1/
lantai mengkilap lapang, mengiring
rangka jendela yang menjulang
langit-langit melengkung hendak
membundar seperti bolamata
yang bergidik bosan
menggelinding pada koran-koran
mencari artikel mana menyangsi hidup
memang selalu tentang penantian

/2/
tiga pramugari baru saja
melewati detektor, sambil membetulkan
selendangnya seperti bidadari baru mandi
di telaga dalam legenda
yang lalu terbang
meninggalkan para penumpang
meninggalkan pilot sendiri
dalam kabin tengah menanti
suguhan kopi

/3/
baru saja petugas memangil
menanda pesawatku telah
membuka pintu

seorang nenek beranjak menenteng dua
botol markisa. bersiap menuju ibukota
yang senasib, sama telah tiada suaminya
pula rengek bocah menyesali
sang ibu tak beri kudap jalangkote pagi tadi
sedang aku masih
berkelahi dengan ransel berisi
hati yang berat untuk
pergi

/4/
tiba-tiba pramugari tadi datang
mengulurkan tangan menawarkan
senyuman. menyuguhkan pilihan untuk
membuang sebagian rindu yang sepih
dan kupilih menyimpannya di bagasi
saja. mengemasnya bersama kantung
mataku yang di pelataran tampak
letih telah

--
Makassar, 15092010
Andi M E Wirambara
READ MORE - Sultan Hasanuddin Pintu 1

Jangan Salahkan

jika
tiba-tiba
kuingat kau lagi

sebab sesungguhnya setadah pertemuan
kita telah tumpah. tanpa ujung, tanpa
muara tak putus segala dera. baris
waktu senja itu memang binal
hembuskan debar yang bebal
pun selintas kata-kata pada garis
binarmu masih belum sempat 'tuk jua
kubaca. sedang degupku mengejang akan

repih senyummu
yang lagi-lagi
rindu


--
Makassar, 14092010
Andi M E Wirambara
READ MORE - Jangan Salahkan

Juanda Pintu 2-1

/1/
pemandangan biasa
deret bangku, kaki bertumpu, nuansa
dua gadis berwajah boneka
baru saja menarik bolamata
hingga tercerabut
mengelinding jatuh
mendatangi mereka, seolah akrab bertanya
"pin blackberry anda berapa, nona?"

/2/
"Para penumpang dengan tujuan Jogjakarta, dipersilakan
naik ke pesawat melalui pintu dua.."

berbondong berbaris, berkaca merapikan alis
sepatu lukis, selop tipis, melangkah semut
ransel, tentengan koper, berdesak tanpa
takut jari sesiapa masuk kantong belakang
merogoh dompet isi bonus lebaran

"Para penumpang dengan tujuan kangen, dipersilakan naik ke pesawat memperlihatkan tiket rindu. Gebu gejolak harap digembok rapat.."

Ah, itu pesawatku

/3/
pintu keberangkatan. dua gadis tadi
menangkap mataku

tiba-tiba petugas keamanan datang
ada laporan kehilangan tiket
dua gadis tadi, menunjukku. mematut-matut
berserapah lalu menangis

ditemukanlah, tiga rindu di sakuku
satu milikku, sisanya milik dua gadis
baru saja matanya

kehilangan rindu


---
Surabaya, 07092010

Andi M E Wirambara
READ MORE - Juanda Pintu 2-1

Di Jembatan Ini, Masih Bisu
















di belakangmu, daun-daun ranggas
diammu selalu tanya seperti menyisa
lapuk pada jembatan taman. manakala
wajah kita yang lalu tak lagi tenang
terpantul di muka sungai tempat biasa
kulemparkan rembulan. hingga riak
muncul bilamana sesunyi malam tiba

di jembatan ini, aku ingin kau bicara
tidak sekedar menunduk kepala
atau membuang mata dari sepintas
pandangku yang lara. sebab aku
terlanjur mencelupkan bolamatamu
di mataku. gumpal awan, daun jatuh
biarlah aku melihatmu dari sana dan
tak perlu menoleh melarik diammu

tak lama, aku akan segera pergi
setelah bisu kehabisan kerikil. untuk
melempari kebodohanku sendiri yang
memantul di muka sungai. melempari
apa yang kupikir hadir mengekor aku
selain rindu dan kecamuk dan pula
bisu. kau dan bisu yang masih
berdiri di situ


----


malang, 04092010

Andi M E Wirambara
READ MORE - Di Jembatan Ini, Masih Bisu

Galau, Jiwa, Ketidaksempurnaan

: Novera Kristianti


I.Galau

"aku tak mau kehilangan". begitu runtun
ucap yang bertamu kala galau telah jadi
serabutan kata-kata di kepala. galau hanya
sekelumit resah yang menggumpal, mengendap
dan menempel seperti siput di dinding selokan
melekati lelumut. sehirup air buangan. air hujan.
hujan buangan

tapi kau tak percaya. Bagimu, galau tetaplah jemari
saling baku genggam. saling mengkait apa-apa yang
telah dan tak pula bisa kau
jelaskan lagi


II. Jiwa

betapa semangat kau berkisah mitologi tentang ares
yang kalah jiwa pada athena. tentang perseus
memenggal jiwa medusa. tentang hermes yang
jiwa di kakinya tak tersentuh lagi oleh lesat kuda
namun tak satu jiwamu kau ceritakan. seolah hanyut
pada jengkal lakumu yang kurindu. pada setiap entah,
setiap kisah. seperti mitologi yang luruh oleh debu
cerita-ceritamu tak lagi kupercaya sebagai
sesungguh jiwamu


III. Ketidaksempurnaan

kita suka sekali bermain bola mata. milikmu yang
bening dan milikku yang kerling. betapa kita senang
bertukaran bola mata, saling melihat isinya. menenang
galau yang terbaca, pun dilema di tenunan jiwa. hingga
cela kita adalah bulumata yang jatuh dan kita tiup jauh

tapi tiba-tiba kau keluhkan, bolamata kita tak sama
bundarnya. milikku bisa menggelinding seperti gundu dan
milikmu, tak tentu seperti gulir batu entah apa dituju

bukankah sejak lama, bolamata kita masih saja bundar?
tetap membinar segala yang kita lihat dan kita gantung
sebagai harap pada sisi-sisinya. sisi tak hingga seperti
kita





-

Malang, 01092010

Andi M E Wirambara
READ MORE - Galau, Jiwa, Ketidaksempurnaan